Sekapur Sirih

Perubahan jaman dalam era modernisasi banyak memberi pengaruh positif pola pikir, tingkah laku hingga adat baru yang selalu muncul dinamis bernama “tren”, yang terus berkembang dari waktu ke waktu tanpa kita sadari berhasil mendera seluruh potensi secara sistemis dengan perhitungan (periodik) yang matang berhasil menggeser budaya adat istiadat, tradisi yang kemudian menimbulkan pemahaman (pola berpikir) baru dan justru tidak mau beradaptasi dengan budaya lama.

Saking lamanya “penjajahan” budaya asing ini terjadi, tak jarang dewasa ini lebih besar jumlah yang bangga pada budaya asing mengakuinya sebagai budaya bangsa. Bahkan kebanggaan atasnya lebih besar dibanding memikirkan dampaknya. Yang penting tidak dibilang ketinggalan jaman. Hal ini menjadi sebuah bukti budaya asing telah sukses menggantikan budaya asli Indonesia. Dan jika kondisi ini tetap dibiarkan, bukan tidak mungkin satu persatu budaya bangsa akan benar-benar tercabut dari akarnya. Lalu bagaimana tanggungjawab kita pada bangsa ini, terlebih pada generasi pewaris bangsa.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya” sepatutnya kita sepakat sejarah tidak hanya sekedar dihargai, tapi juga dijaga, ditanamkan termasuk warisan budaya yang dilestarikan, dijalani dan dibanggakan. Sebagai awal sejarah jati diri bangsa yang telah diperjuangkan para pendahulu kita. Jika bukan kita yang memperjuangkan, jika bukan kita yang bangga siapa lagi…?

Yayasan RMA memiliki fokus Pemajuan Budaya asli Indonesia, khususnya budaya Jawa. Merupakan manifestasi olah pikir dari pelestarian budaya yang memiliki orientasi dan referensi baku. Sebuah konsistensi yang kami perjuangkan untuk mengisi kekosongan/ stagnan budaya Jawa yang mulai ditinggalkan. Bagaimana kemudian Yayasan Rakai Mataram Agung (RMA Foundation) dapat menciptakan inovasi kreatif dan mendidik dalam merancang tiap produk Yayasan yang kami harapkan dapat menjadi kebanggaan kita bersama, kebanggaan generasi muda dan tentunya kebanggaan Indonesia.