
Sorgum termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan. Selain biaya perawatan yang murah, sorgum juga bisa ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim lainnya.
Untuk satu kali periode penanaman, sorgum dapat dipanen lebih dari satu kali bahkan bisa panen hingga lima kali dalam setahun. Tentunya ini termasuk salah satu langkah cepat bagi petani untuk memperbaiki ekonomi di masa pandemi covid-19.
Sorgum tidak hanya bisa dijadikan sebagai pakan ternak saja, namun juga bisa dijadikan sebagai alternatif bahan pangan karena sorgum mampu tumbuh di lahan yang kurang subur.

Di Kabupaten Pringsewu, Lampung, terdapat komunitas Indonesia Cerdas Desa (ICD) yang membudidayakan tanaman sorgum. Komunitas ini menjelaskan kepada Yayasan RMA bahwa ada sekitar 19 hektar lahan binaan ICD yang telah ditanami tanaman sorgum, dimana setiap seperempat hektar lahan mampu menghasilkan 15 hingga 20 ton sorgum hanya dalam sekali panen.
Menanam sorgum sangat menguntungkan dimana tanaman ini cocok tumbuh di wilayah yang memiliki iklim tropis. Sorgum juga dapat tumbuh di daerah-daerah yang rendah tingkat kesuburan tanahnya.
Pada saat panen perdana, Wakil Bupati Pringsewu Ir. Fauzi didampingi Kadis Ketahanan Pangan Iskandar Muda dan Kadis Pertanian Siti Litawati serta pihak ICD Pringsewu.
Wabup Fauzi juga sangat mendukung budidaya tanaman sorgum dan berharap menjadi salah satu tanaman alternatif pilihan para petani dalam rangka meningkatkan perekonomian.

Menanam sorgum sangat menguntungkan dimana tanaman ini cocok tumbuh di wilayah yang memiliki iklim tropis. Sorgum juga dapat tumbuh di daerah-daerah yang rendah tingkat kesuburan tanahnya.
Sorgum merupakan bahan pangan alternatif pengganti karbohidrat. Sorgum lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman semusim lainnya, sehingga sorgum dapat dikembangkan untuk mendukung upaya-upaya pemerintah dalam ketahanan pangan nasional.